makalah tujuan pembelajaran
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmatNYA yang sangat besar dan atas rahmat karunia nya sehingga
kelompok dapat menuntaskan pembuatan makalah tentang”TUJUAN PEMBELAJARAN”
ini semaksimal mungkin.
Meski pun nantinya banyak
terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, akan tetapi kelompok sangat berharap semoga makalah tentang “tujuan
pembelajarn” ini dapat berguna dan dapat bermanfaat bagi para pembaca
guna untuk menambah wawasan pembaca
tentang tujuan pembelajaran, terutama untuk penulis atau kelompok.
Kelompok sangat mengharapkan saran
dan kritik dari dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa semua, akhir kata
kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atau rekan-rekan mahasiswa
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah yang berjudul “TUJUAN PEMBELAJARAN”, semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian, hususnya bagi penulis/kelompok.
Seperti kata pepatah “tak
ada gading yang tak retak”, jika terdapat kesalah atau kekurangan dalam
penulisan makalah ini, kelompok meminta maaf yang sebesar-besarnya, dan kepada
ALLAH.SWT kelompok memohon ampun.
Tembilahan,
1 Oktober 2012
Ttd
Kelompok
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ ......... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................ ......... 2
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................... ......... 3
a.
Latar belakang.......................................................................................... ......... 4
b.
Rumusan masalah..................................................................................... ......... 4
c.
Tujuan penulisan...................................................................................... ......... 5
d.
Manfaat penulisan.................................................................................... ......... 5
BAB II
TUJUAN PEMBELEJARAN................................................................................ ......... 6
1.
Konsep tujuan pendidikan
dan klsifikasi tujuan pendidikan.................. ......... 6
A.
Konsep tujuan pendidikan....................................................................... ......... 7
B.
Klasifikasi tujuan pendidikan.................................................................. ......... 10
2.
Pengertian,
teori-teori, dan ciri-ciri pembelajaran.................................... ......... 11
A.
Pengertian pembelajaran.......................................................................... ......... 11
B.
Teori-teori pembelajaran.................................................................................... 13
C.
Ciri-ciri pembelajaran......................................................................................... 15
3.
Rumusan
pembelajaran.............................................................................. ......... 17
A.
Rumusan tujuan pembelajaran........................................................................... 17
B.
Bagaimana merumuskan ................................................................................... 19
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan ....................................................................................................... 23
b.
Saran.................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. ......... 24
BAB I
PENDAHULUAN
Kita sering
ka1i melihat, ada seorang pembeli yang membanding-bandingkan untuk memilih suatu
barang di supermarket, atau di pasar. Kalau akan membeli ikan maka pasti akan
dilihat dengan seksama, apakah ikan tersebut masih segar dan layak untuk
dikonsumsi. Ikan yang segar adalah jika ditekan akan kembali seperti sedia kala, tapi kalau yang ditekan itu jadi
legok atau tidak kembali ke posisi semula maka menunjukkan bahwa ikan tersebut
sudah tidak segar lagi. Disini ibu tersebut sedang menilai suatu barang yaitu
ikan, dia menilai kelayakan ikan yang masih segar yaitu dengan cara melihat dan
menekan ikan tersebut apakah masih kenyal, kalau dipijat akan kembali ke posisi
semula. Selain itu juga akan dilihat dari bau ikan tersebut sudah basi ataukan
masih segar. Kalau masih kenyal dan bau atau aromanya masih segar maka
ikan tersebut masih segar dan layak untuk dikonsumsi. Kegiatan ibu yang
berbelanja tersebut adalah kegiatan pelilaian terhadap suatu barang yang dia
inginkan. Ibu tersebut sudah mempunyai kriteria-kriteria yang dia tentukan
sendiri. Kalau ternyata barang tersebut sesuai dengan apa yang dia inginkan dan
cocok dengan kriteria yang dia tentukan maka ibu tersebut akan membelinya,
tetapi apabila tidak sesuai dengan kriteria yang dia tentukan maka ibu tersebut
tidak jadi membelinya. Hal tersebut adalah contoh tentang penilaian seorang ibu
terhadap suatu barang. Dia melakukan dua kali penilaian yaitu menilai
terhadap kekenyalan ikan dan yang kedua menilai dari bau atau aroma ikan
tersebut. Kalau kedua penilaian tersebut sudah masuk kategori, maka ibu tersebut
baru dapat memutuskan untuk membelinya ataukah tidak.
Dilingkungan
sekolah, kita melihat pula bahwa pada waktu-waktu tertentu guru selalu
mengadakan evaluasi. Kenyataan yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah
Indonesia sampai dewasa ini ialah bahwa pada akhir semester guru mengadakan
ulangan-ulangan, pada akhir tahun mengadakan ujian-ujian kenaikan kelas, dan
pada akhir kelas tertinggi pada setiap taraf atau level pendidikan, sekolah
mengadakan ujian akhir (Evaluasi Belajar Tahap Akhir). Ulangan, ujian kenaikan
kelas, dan evaluasi belajar tahap akhir tadi, merupakan contoh tentang evaluasi
yang lazim dilaksanakan di setiap institusi pendidikan.
Kita sebagai
guru umumnya memahami bahwa pendidikan adalah merupakan proses melakukan
perubahan pada diri siswa. Atau secara definitif dirumuskan, bahwa pendidikan
adalah “usaha sadar yang dilakukan untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa di dalam dan di luar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup”.
a.
Latar belakang
Tujuan
pembelajaran merupakan sama dengan tujuan
hidup, kenapa demikian ?
Karena pembelajaran ataupun pendidikan merupakan sebuah
proses dari mulai manusia di lahirkan sampai dia menginjak masa remaja, dewasa,
dan seterusnya. Mungkin tidak ada tujuan pendidikan
bagi orang yang tidak memiliki tujuan hidup. Tanpa adanya tujuan yang jelas, seperti yang di katakan salah seorang yang
bernama “davies” (1976) semua
perencanaan itu bagaikan mimpi yang tak
mungkin dilakukan. Dalam hal ini, kita
harus menggambarkan idealisme dan mempelajari bagaimana tujuan atau rumusan
didalam suatu pendidikan/pembelajaran.
Oleh sebab itu, tujuan adalah merupakah salah satu hal yang sangat penting
didalam sebuah kegiatan pendidikan.
b.
Rumusan masalah
Rumusan masalah yang kami temukan dan akan kami bahas
adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud
dengan tujuan pembelajaraan ?
2.
Bagaimana konsep
tujuan pendidikan ?
3.
Bagaimana
klasifikasi tujuan pendidikan ?
4.
Apa-apa saja teori
didalam pembelajaran itu ?
5.
Bagaimana cara
merumuskan tujuan pembelajaran tersebut ?
c.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
maksud atau makna dari pada tujuan pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana konsep, klasifikasi, teori, dan cara merumuskan didalam dunia
pendidikan atau pembelajaran.
d.
Manfaat
1.
Dapat memahami maksud atau makna dari sebuah tujuan
pendidikan atau pembelajaran.
2.
Dapat memahami bagaimana konsep, klasifikasi, teori, dan
cara atau rumusan di dalam dunia pendidikan atau pembeljaran.
BAB II
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1.
KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN DAN KLASIFIKASI
TUJUAN PENDIDIKAN
Secara filosofis tujuan pendidikan sama dengan
tujuan hidup. Pentingnya tujuan dalam proses pendidikan sama hal pentingnya
pendidikan dalam proses kehidupan. Mungkin tidak ada tujuan pendidikan bagi
orang yang tidak memiliki tujuan hidup. Tanpa adanya tujuan yang jelas seperti
dikatakan Davies (1976:73) semua perencanaan itu bagaikan mimpi yang tak
mungkin dilakukan.
Tujuan pendidikan menggambarkan tentang idealisme,
cita-cita keadaan individu atau masyarakat yang dikehendaki. Karenanya tujuan
merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan pendidikan, sebab tidak
saja memberikan arah kemana harus dituju, tetapi juga memberikan arah ketentuan
yang pasti dalam memilih materi, metode, alat/media, evaluasi dalam kegiatan
yang dilakukan.
Dengan sebuah rumusan tujuan pendidikan, maka proses
pendidikan akan dengan mudah dinilai/diukur tingkat kebehasilannya.
Keberhasilan pendidikan akan dengan mudah dan cepat dapat dilihat dari segi
pecapai tujuan. Dengan tujuan juga mempermudah menyusun/menetapkan materi,
metode dan alat atau media yang digunakan dalam proses pendidika
A.
KONSEP
TUJUAN PENDIDIKAN
Menurut Zais (1976:439) komponen kurikulum
adalah:
Aims,
Goals,Objectives
|
Content
|
Learning
Aktivities
|
Evaluasi
|
Tujuan adalah merupakan komponen utama
yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum. Zais (1976:297) menegaskan bahwa sebagai komponen dalam kurikulum,
tujuan merupakan bagian yang paling sensitif, sebab tujuan bukan hanya akan
mempengaruhi bentuk kurikulum tetapi juga secara langsung merupakan fokus dari
suatu program pendidikan.
Dalam beberapa literatur pendidikan/kurikulum
memakai beberapa istilah tujuan seperti purposes, aims, goals dan objectives
untuk menunjukkan harapan pendidikan. Oliva menggunakan beberapa
istilah seperti “out come, aim, end, purpose, function, goal dan objective”.
Meskipun istilah-istilah ini dalam bahasa umum mempunyai persamaan, tetapi
dalam bahasa pendidikan mempunyai perbedaan yang bermakna, yaitu :
Ø
Out come
mengarah kepada harapan akhir secara umum. Sedangkan,
Ø
aims sama dengan “end”, purpose, function dan univesal goal”.
Tujuan pendidikan ini sangat luas. Biasanya merupakan pernyataan
tujuan pendidikan umum, yang dapat dipakai sebagai petunjuk pendidikan seluruh
negara tersebut.
Beberapa istilah tujuan yang menggambarkan pada tingkat yang
berbeda-beda, seperti: Aims yang menunjukkan arah umum pendidikan. Secara
ideal, aims merefleksikan suatu tingkat tujuan pendidikan berdasarkan pemikiran
filosofis dan psikologis masyarakat (Miller
dan Seller, 1985: 175 dalam Mohammad
Ansyar 1989: 93). Dengan perkataan lain aims adalah statemen
tentang hasil kehidupan yang diharapkan (expected life outcomes) berdasarkan
skema nilai filsafat hidup (Boudy,
1971:13). Menurut Zais, (1976:298)
aims untuk tujuan pendidikan jangka panjang yang digali dari nilai-nilai
filsafat suatu Bangsa.
Zais menjelaskan
tujuan kurikulum (aim) merupakan
pernyataan yang melukiskan keidupan yang diharapkan, tujuan atau hasil yang
didasarkan pada pandangan filsafat dan tidak langsung berhubungan dengan dengan
tujuan sekolah. Tujuan ini mungkin dapat dicapai setelah seseorang
menyelesaikan pendidikan. Barangkali aims ini dapat disamakan dengan “tujuan
pendidikan nasional” di Indonesia, karena pada tujuan pendidikan
nasional ini dinyatakan keinginan bangsa Indonesia untuk mencapai suatu hasil
pendidikan yang berlandasakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang bernama
Pancasila. Tujuan jenis ini tidak berkaitan langsung dengan hasil pendidikan di
sekolah atau hasil proses belajar mengajar dalam ruang-ruang kelas.
Aim merupakan target yang pencapaiannya jauh dari
situasi sekolah dan hasilnya mungkin jauh setelah proses
belajar-mengajar di sekolah selesai. Contohnya untuk menjadikan manusia
yang memiliki rasa tanggung jawab pada negara, atau manusia yang sehat jasmani
dan rohani, berbudi pekerti luhur, mandiri dan lain-lain. Dan ini hanya mungkin
dapat dicapai setelah anak menyelesaikan beberapa tingkatan pendidikan formal,
informal dan bahkan mungkin non formal. Untuk mencapai tujuan umum “aims” perlu ditentukan pula yang lebih
spesifik dari aims tersebut yang biasa dinamakan dengan goals.
Goals merupakan tujuan antara yang terletak antara aims
dan objectives. Yang tersebut terakhir adalah tujuan yang dicapai sebagai hasil
belajar dalam ruang-ruang kelas sekolah (Miller
dan Seller, 1985: 179) dengan perkataan lain, goals adalah “hasil proses belajar menurut suatu sistem sekolah” (Zais,
1976:306). Goals lebih umum dari
objectives dan bukan merupakan hasil langsung proses belajar dalam ruang kelas
dan untuk mencapainya memerlukan seperangkat objectives.
Ø Contohnya antara lain adalah kemampuan berpikir analitik
dan berpikir kritis, mengapresiasi dan mengamalkan ajaran agama Islam dan lain
sebagainya. Barangkali di Indonesia goals ini dapat disamakan dengan tujuan
kurikulum sekolah atau tujuan institusional.
Tingkat tujuan yang lebih rendah dari
goals adalah objectives yaitu “tujuan suatu unit
atau pokok bahasan yang lebih
spesifik yang merupakan hasil belajar dalam ruang-ruang kelas sekolah”. Pada tingkat ini, kita berbicara tentang kemungkinan pemakaian objectives
tingkah laku (behavioral objectives) yang menunjukkan tingkah
laku yang eksplisit yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pelajaran.
Dengan perkataan lain objective adalah
hasil belajar siswa dalam kelas, yaitu hasil proses belajar mengajar
dalam kelas atau kegiatan belajar mengajar setiap haris sebagai hasil
implentasi kurikulum. Contohnya: siswa menguasai
prinsip-prinsip dasar ilmu kimia, siswa dapat menyelesaikan 4 soal dari 5 soal
persamaan kuadrat dan lain-lain.
Menurut Muhammad Ansyar (1989:
94) Marger (1962) adalah salah seorang
yang paling gigih menekankan penting ditetapkan tujuan tingkah laku ini. Dia mengemukakan bahwa
tujuan tingkah laku harus mencakup tiga komponen:
(1) tingkah laku yang diinginkan,
(2) kondisi tertentu tempat tingkah laku itu
terjadi, dan
(3) tingkat untuk kerja tingkah laku itu.
Di Indonesia kita kenal tingkatan/hirarkis
tujuan itu dalam beberapa istilah seperti Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan
Institusional, Tujuan Kurikuler, dan Tujuan Instruksional Umum dan Khusus.
(Depdikbud, 1984/1985:5)
B.
KLASIFIKASI
TUJUAN PENDIDIKAN
Broudy
(dalam Zais, 1976: 307) mengemukakan
bahwa tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yang
saling berkaitan:
Ø Pertama,
tujuan pendidikan diarahkan pada pencapaian pola nilai utama. Nilai ini
merupakan refleksi dari pandangan filsafat, yang berfungsi sebagai mekanisme
kontrol terhadap ketiga ciri tujuan pendidikan lainnya.
Ø Kedua, tujuan pendidikan
menurut Broudy, adalah organisasi sosial yang lebih disukai.
Ø Ketiga, peranan sosial yang
lebih diinginkan dan,
Ø keempat
gaya hidup yang lebih disenangi. (Zais,
1976:308)
Schubert
(1986, 202-206) mengajukan empat tujuan pendidikan yaitu;
(1)sosialisasi,
(2)pencapaian,
(3)pertumbuhan, dan
(4)perubahan
sosial.
Sosialisasi merupakan tujuan yang harus dicapai anak
didik agar mereka dapat hidup dengan baik di masyarakat, dan dengan
kebudayaannya. Pencapaian
atau prestasi perorangan biasanya diperlukan bagi anak-anak di negara industri
dan post-industri, tempat prestasi merupakan gaya kehidupan yang hidup dimasyarakat.
Pertumbuhan personal anak bermula pada masa
pendidikan progresive yang dipelopori John
Dewey. Pendidikan dengan tujuan
pertumbuhan muncul dalam beberapa versi, nama seperti pendidikan terbuka pada
tahun 1960-an dan awal 70-an, pendidikan humanistik, 1950-an dan 1980-an. Tujuan
pendidikan pertumbuhan personal memerlukan penyesuai kurikulum yang
mengakomodir kebutuhan pribadi, bakat, minat, dan kemapuan anak yang
berbeda-beda. Perubahan sosial, menurut aliran ini sekolah dapat dan harus
mengusahakan perbaikan sosial (Muhammad
Ansyar, 1989:102).
2.
PENGERTIAN
, TEORI-TEORI, DAN CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
A.
PENGERTIAN
PEMBELAJARAN
Belajar adalah proses perubahan perilaku
secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan mengajar
sendiri memiliki pengertian :
1. Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan
atau mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman
Nata Wijaya,1992)
2. Menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjdinya proses belajar. (Hasibuan
J.J,1992)
3. Suatu usaha untuk membuat siswa
belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan
tingkah laku. (Gagne)
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar”
berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang
diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan
akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses,
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
(KBBI)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan
kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya
sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran
juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Instruction
atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction
atau “pengajaran”. Pengajaran
mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan, (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan
sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan
belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan
belajar adalah kegiatan primer,
sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder
yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Dan dapat
ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen :
1.Siswa
Seorang yang bertindak sebagai
pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
2. Guru
Seseorang yang bertindak sebagai
pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan
Pernyataan tentang perubahan
perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Isi Pelajaran
Segala informasi berupa fakta,
prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Metode
Cara yang teratur untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk
mencapai tujuan.
6. Media
Bahan pengajaran dengan atau tanpa
peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
7. Evaluasi
Cara tertentu yang digunakan untuk
menilai suatu proses dan hasilnya.
B.
TEORI-TEORI
PEMBELAJARAN
Adapun teori-teori pembelajaran
yang kita kenal, diantaranya ;
1. Berhavioristik
Pembelajaran
selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti
yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi
sebuah kebiasaan. selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru
menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error)
sehingga akhirnya diperoleh hasil.
2. Kognitivisme
Pembelajaran
adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan
pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat
Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya
menggunakan banyak metode.
3. Humanistic
Dalam
pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan
sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual)
dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil.
4. Sosial/Pemerhatian/permodelan
Proses
pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan. Bandura (1986) mengenal
pasti empat unsur utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau
pemodelan, yaitu;
(1)
perhatian (attention),
(2)
mengingat (retention),
(3)
reproduksi (reproduction) dan,
(4)
penguatan (reinforcement),
(5)
motivasi (motivion).
Implikasi dari pada kaedah ini
berpendapat pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai melalui beberapa cara
yang berikut:
(1) Penyampaian
harus interaktif dan menarik
(2) Demonstrasi guru
hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat
(3) Contoh-contoh
yang ditunjukkan guru hendaklah mempunyai mutu yang tinggi.
C.
CIRI
CIRI PEMBELAJARAN
Menurut
Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif,
yaitu:
1. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya
melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan
kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
2. Guru menyediakan materi sebagai
fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
3. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya
didasarkan pada pengkajian,
4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan
tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan
pengembangan keterampilan berpikir, serta
6. Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai
dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Ø Adapun ciri-ciri pembelajaran yang
menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
1. Motivasi belajar
Motivasi
dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi
tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia
tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi
dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman,
A.M. 1992)
2. Bahan belajar
Yakni
segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu
diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan
pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
3.Alat Bantu belajar
Semua alat
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan
pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun
sumber lain) kepada penerima (siswa).
Informasi yang disampaikan melalui media
harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan
beberapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan
bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi
kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka
memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
4. Suasana belajar
Suasana
yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi
:
a. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat,
sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat
bersama.
b. Adanya kegairahan dan kegembiraan
belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan
dan kegembiraan belajar juga dapat ditimbulkan dari media, selain isi pelajaran
yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh faktor intern
siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan
lain sebagainya.
5. Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, dapat
dikemukakan di sini sebagai berikut :
a.
Siswa memilki sifat yang unik, artinya antara anak yang satu
dengan yang lainnya berbeda.
b. Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah
perkembangan, dan memiliki potensi yang
perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi
siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan juga faktor luar, yaitu segala sesuatu yang
ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru.
Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan
partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitaor, motivator, dan pembimbing.
3.
RUMUSAN PEMBELAJARAN
A.
RUMUSAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan
perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F.
Skinner pada tahun 1950. Kemudian
diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang
berjudul “Preparing Instruction Objective”. Sejak pada tahun 1970 hingga
sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga
pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah
B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu ;
Ø Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan
pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan
oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
Ø Kemp (1977) dan David
E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Ø Henry Ellington (1984)
bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai
sebagai hasil belajar.
Ø Oemar Hamalik (2005)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah
laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para
ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya
menunjuk pada esensi yang sama, bahwa :
(1) tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran;
(2) tujuan dirumuskan dalam bentuk
pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan
pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara
tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan
manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4
(empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1. memudahkan dalam mengkomunikasikan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan
perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;
2. memudahkan guru memilih dan menyusun
bahan ajar;
3. membantu memudahkan guru menentukan
kegiatan belajar dan media pembelajaran;
4. memudahkan guru mengadakan
penilaian.
Dalam Permendiknas
RI No. 52 Tahun 2008 “tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan
topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu
pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi
belajar siswa”.
B.
BAGAIMANA
MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam
pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan
pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker
(2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan
menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih
mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang
dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered).
Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam
pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan
bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa
dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam praktik
pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa lebih
mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker
(2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk perilaku sisw a yang dapat diukur yaitu
menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti
pelajaran.
Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar,
saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom
(Gulo, 2005) sebagai tujuan
pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke dalam tiga ranah atau kawasan,
yaitu:
1. Kawasan kognitif
Yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dalamnya mencakup:
Ø Pengetahuan (knowledge),
Ø Pemahaman (comprehension),
Ø Penerapan (application),
Ø Penguraian (analysis),
Ø Memadukan (synthesis), dan
Ø Penilaian (evaluation);
2. Kawasan afektif
Yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya
mencakup:
Ø Penerimaan (receiving/attending),
Ø Sambutan (responding),
Ø Penilaian (valuing),
Ø Pengorganisasian (organization), dan
Ø Karakterisasi (characterization).
3. Kawasan psikomotorik
yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan
yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system)
dan fungsi psikis, kawasan ini terdiri dari:
Ø Kesiapan (set),
Ø Peniruan (imitation),
Ø Membiasakan (habitual),
Ø Menyesuaikan (adaptation) dan,
Ø Menciptakan (origination).
Taksonomi
ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu
dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk
merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi
harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menyarankan dua
kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu:
(1) preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan
guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana
cara membelajarkannya dan,
(2) analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh
Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat
menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan
dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen
yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu;
(1) perilaku terminal,
(2) kondisi-kondisi dan,
(3) standar ukuran.
Hal senada dikemukakan Mager
(Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran
sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu:
(1) menyatakan apa yang seharusnya dapat
dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada
akhir pelajaran,
(2) perlu dinyatakan kondisi dan
hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut dan,
(3) perlu ada petunjuk yang jelas
tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas:
(1) tujuan harus menguraikan apa yang
akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik,
(2) menyebutkan tujuan, memberikan
kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik
berbuat dan,
(3) menyebutkan kriteria yang
digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus
dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah
B. Uno 2008 menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata
bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan
konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya
tentang pembelajaran.
Pada bagian lain, Hamzah
B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan
pembelajaran dalam format ABCD.
Ø A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan
sasaran didik lainnya),
Ø B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil
belajar),
Ø C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar
perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan,
Ø D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Ø Tujuan
pendidikan merupakan suatu elemen penting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan
pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kurikulum, terutama
dalam memilih dan menetapkan materi, metode/proses dan menetapkan alat
evaluasi. Tujuan juga sebagai alat untuk mengukur keberhasilan sebuah rancangan
kurikulum
Ø Seorang guru dalam merencanakan
pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas
dan jelas.
Ø Perumusan tujuan pembelajaran dapat
memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa
Ø Saat ini telah terjadi pergeseran
dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari penguasaan bahan ke penguasan
performansi.
Ø Tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan.
Ø Tujuan pembelajaran seyogyanya
dirumuskan secara jelas, yang didalamnya mencakup komponen: Audience, Behavior, Condition danDegree
b.
Saran
Perencanaan
pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru
sebelum mengelola proses pembelajaran. Rencana pembelajaran adalah
penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap
pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindaka apa yang perlu dilakukan oleh guru
untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah
pertemuan selesai. Didalam prosese perencanaan yang sistematis dikehendaki
adanya langkah-langkah tertentu secara urut namun fleksibel bagi seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
(makalah tujuan pembelajaran).
Delma, denny,
S.Pd ; (pedoman praktis latihan dan
pendidikan pengajaran senam lantai).
muchtamaji, m. Ali, (2001), pendidikan keselamatan,
jakarta : direktorat jendral olahraga
depdiknas.
Ahsanudin. 2008. Modul
X Sosiologi SMA atau MA Semester Gasal. Surakarta: CV Hayati Tumbuh Subur
1 Komentar:
A Casino Tycoon, No Rules or No Rules
A 바카라 시스템 배팅 Casino Tycoon is a 5-reel, three-row, 해외 토토 사이트 or four-row video slot game. Players must 라이브 바카라 choose the bonus game: · Player 1, 라이브바카라 1, 포커룰 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda